
Jakarta memang punya banyak cerita, kota ini bukan New York dan bukan Mekkah, tetapi memiliki ‘sisi-sisi’ dari kedua kota itu.
Belum genap sebulan diselenggarakan acara Reuni 212 yang dihadiri oleh kaum muslim di Monas, acara yang penuh nuansa keagamaan, kemarin pada tanggal 13 Desember hingga hari ini (15 Desember 2019) diselenggarakanlah Festival Musik DJ yang bernama Djakarta Warehouse Project atau DWP 2019.
Kedua acara, terlepas dari motif politik atau agama apapun, memiliki persamaan: keduanya sama-sama mengumpulkan massa, dan massa yang berkumpul bisa puluhan atau bahkan ratusan ribu.
Tetapi perbedaan keduanya yang sangat kontras: yang satu acara yang eksklusif bernuansa agama Islam, religius, pakaian orang yang datang pun sangat Islami, putih-putih, pakai gamis, sorban. Pokoknya seolah-olah jauh dari kesan kenikmatan duniawi.
Sedangkan yang satu lagi acara dugem, ajeb-ajeb, hura-hura, anak muda. Acara ini bebas di mana semua orang dari semua ras, suku, (bahkan agama) bisa berkumpul dan menikmati hidup dengan menonton Live Music ber-genre Electronic Dance Music (EDM) performance dari DJ manca negara seperti papan atas, seperti: Martin Garrix, Zedd, Blasterjaxx, Coone, Jeffrey Sutorius, Dash Berlin, Markus Schulz, dan Yellow Claw
Bagaimana dengan pakaian? Apakah ada dresscode putih-putih seperti Reuni 212? Apakah ada pakaian terlihat aurat yang ‘di-haramkan’ oleh jemaah 212? Di DWP 2019, mereka berpakaian bebas, yang pria kasual, jeans, kaos yang harga outfitnya bisa sampai jutaan Rupiah, sedangkan yang wanita… (eh, Anda mending datang sendiri dan lihat deh!) .
Bagaimana dengan kenikmatan dunia ? Wah, di sini ajang hura-hura , Mas. Tiket masuknya aja harus bayar paling murah 700ribu, belum nanti di dalam ada minuman paling nggak Bir, Vodka, Black Label, Jack Daniels, bisa keluar lagi ratusan ribu. Yang jelas orang yang penghasilannya UMR berat deh masuk ke sini.
Jadi kalo Anda punya duit, DWP ini benar2 ajang kenikmatan, hura-hura surga dunia, jadi jangankan soal pakaian, pesta sex dan minuman keras saja bergelimpangan di kawasan ini.
Bicara pesta sex, apakah mereka ‘wik-wik’ di tempat? Ya jelas tidak, tapi you know-lah acara dugem seperti itu, orang kalo bawa pasangan (atau catch-in) di tempat, lalu hura-hura, teler ketimpa alkhohol; biasanya setelah pulang dari situ bawaannya kemana? Ya pasti berdua ke hotel! Ngapain? Yang pasti bukan main domino apalagi sholat tahajud bareng kan?
Berikut saya sajikan perbandingan dua acara itu, dalam tabel:
Reuni 212 | Djakarta Warehouse Project 2019 | |
Waktu | 2 Desember 2019 | 13,14,15 Desember 2019 |
Tempat | Monas | JIEXPO Kemayoran |
Harga Tiket | Gratis (asal berpakaian Islami) | dari Rp 700rb – 1.46 juta tergantung paket |
Pengisi Acara | Politikus dan Ustadz 212 asli maupun karbitan | DJ Performance dari manca negara, Live music, Yang pasti genrenya bukan nasyid atau kasidahan |
Pengunjung | Eksklusif hanya Umat Islam (atau berpakaian seperti orang Islam) | BEBAS! Siapapun boleh datang, yang penting bayar |
Dresscode | Nuansa Islami warna putih, gamis, kopiah. Perempuan wajib hijab syar’i | Bebas, pake jeans , yang perempuan pake tanktop atau bikini juga OK. |
Pejabat hadir | Anies Basweddan | ? |
Makhlus halus ikut hadir | Setan dan Malaikat | Hanya Setan |
Aktivitas setelah acara | Balik ke rutinitas masing-masing | Lanjut dengan pasangan (gak usah nanya sah atau gak) ke hotel. Ngapain? Yg pasti bukan sholat tahajud bareng |
Tapi inilah kota Jakarta, dengan segala warnanya. Jangan Anda bilang Jakarta adalah kota munafik. Tidak! Jakarta memang punya banyak bermacam warna.
Jadi jangan Anda katakan atau bercita-cita Jakarta kota Syariah, nanti dulu, Jakarta dengan acara DWP 2019 ini bisa dibilang juga sebagai Kota Dugem. Semua tersedia di kota ini, seperti lagu pop lawas: Jangankan cari surga dunia, neraka duniapun ada.
Kemarin di acara Reuni 212, Pak Anies Basweddan, Gubernur DKI yang terkenal ‘santun’ dengan beberapa kasus ‘Anggaran Fantastisnya’ diundang sebagai pembicara. Saya tidak tahu apakah Pak Anies Basweddan juga diundang ke acara DWP 2019 ini, tapi yang jelas untuk acara sebesar ini, tidaklah mungkin terlaksana tanpa dukungan dan izin Pemprov. Lagipula seperti dilansir dari Tribunews, acara ini mampu mendulang devisa Rp 200 millar dari wisatawan asing yang datang.
Lalu bagaimana dengan FPI, dan ormas-ormas Islam lain yang katanya Anti dengan Kemaksiatan? Apakah mereka juga akan mendatangi acara DWP 2019 yang dan melakukan sweeping? Ah, mungkin saja tidak, ini mungkin bukan acara maksiat, cuman acara Reuni biasa.
Ya Reuni Anak-anak muda dugem. Mereka cuman datang dan berkumpul kok, berpakaian bebas dan terbuka, pakai tank top, hot pants, kemudian berkumpul tanpa hijab, lihat panggung musik DJ Martin Garrixx sambil minum Jack Daniels , pesta Sex, dan narkoba.
Maksiatnya di mana coba?
Leave a Reply